Yangku kenangkn
Hanya peristiwa datang seperti mimpi
Menjelma siang,ia menghilang
Menjelma malam,ia menggoda
Hanya catatan kenangan
Yang berakhirnya musim
Teduhnya angin segala dingin
Kau hanya menangguhkan kebenaran
Bagai seksa seabad berhimpun sesaat
Di lubuk hatiku yang masih tercari-cari
Kiniku lewat bagai penyair
Yang kehilangan kata-kata
Untuk menggabungkan puisi cinta
Kerna aku masih merantau
Di antara serpihan hati
Yang separuh runtuh
Hidupku seperti alunan dan pengembaraan puisi-puisiku
Dan bahawa cinta itu kekasihku
Aku ingin skali
Segalanya menjadi tenang
Seperti pantai yang
Tidak ada ribut
Tidak ada hujan
Juga tidak begitu panas
Dengan lautan biru
Persis seperti mendinginkan
Tidak ada kerikil
Atau serpihan kaca
Bila angin
Mengusapi menjanjikan kelembutan yang tk pernah membisikkan taufan
Ku pantas mempercayainya
Dan dibiar didustai
Kerna hatiku buta kerna cinta
Senja ini menemuiku lagi
Dengan lusuh catatanku
Angin sedang cuba mengoyakkan kertas-kertasku
Meninggalkan daku terdampar
Dalam angin yg ragu
Malam semakin menghampiriku
Hiba dada
Ungu luka
Bagai pungguk tersendu pilu di atas batu
Mengalirkan air mata dukanya sendri
Bulan tiada kelihatan
Yang ada hanya wajah
Yang kian tiada sinarnya
Waktu yang luka mengajarkan keinginan seorang perempuan...
Hanya peristiwa datang seperti mimpi
Menjelma siang,ia menghilang
Menjelma malam,ia menggoda
Hanya catatan kenangan
Yang berakhirnya musim
Teduhnya angin segala dingin
Kau hanya menangguhkan kebenaran
Bagai seksa seabad berhimpun sesaat
Di lubuk hatiku yang masih tercari-cari
Kiniku lewat bagai penyair
Yang kehilangan kata-kata
Untuk menggabungkan puisi cinta
Kerna aku masih merantau
Di antara serpihan hati
Yang separuh runtuh
Hidupku seperti alunan dan pengembaraan puisi-puisiku
Dan bahawa cinta itu kekasihku
Aku ingin skali
Segalanya menjadi tenang
Seperti pantai yang
Tidak ada ribut
Tidak ada hujan
Juga tidak begitu panas
Dengan lautan biru
Persis seperti mendinginkan
Tidak ada kerikil
Atau serpihan kaca
Bila angin
Mengusapi menjanjikan kelembutan yang tk pernah membisikkan taufan
Ku pantas mempercayainya
Dan dibiar didustai
Kerna hatiku buta kerna cinta
Senja ini menemuiku lagi
Dengan lusuh catatanku
Angin sedang cuba mengoyakkan kertas-kertasku
Meninggalkan daku terdampar
Dalam angin yg ragu
Malam semakin menghampiriku
Hiba dada
Ungu luka
Bagai pungguk tersendu pilu di atas batu
Mengalirkan air mata dukanya sendri
Bulan tiada kelihatan
Yang ada hanya wajah
Yang kian tiada sinarnya
Waktu yang luka mengajarkan keinginan seorang perempuan...
No comments:
Post a Comment